Jakarta, detiknews.web.id -- DNA atau meteri genetik Harimau Jawa ditemukan di Sukabumi pada 2019 padahal kucing besar ini diduga punah sejak 1980-an.
Tanda kehidupan harimau jawa tersebut pertama kali ditemukan oleh seorang warga yang berpapasan dengan hewan yang mirip harimau jawa.Peneliti Pusat Riset Biosistematikan dan Evolusi BRIN Wirdateti mengatakan penelusurannya ini berawal dari sehelai rambut yang diduga milik harimau jawa yang ditemukan di pagar pembatas kebun warga di Desa Cipeundeuy, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat."Rambut tersebut ditemukan oleh Kalih Reksasewu atas laporan Ripi Yanuar Fajar yang berpapasan dengan hewan mirip harimau jawa yang dikabarkan telah punah, pada malam hari 19 Agustus 2019," ujar Wirdateti, mengutip siaran pers BRIN, Senin (25/3).Penelusuran Wirdateti dan kawan-kawan telah dipublikasikan dalam jurnal Onyx terbitan Cambridge University Press berjudul "Is the Javan tiger Panthera tigris sondaica extent? DNA analysis of a recent hair sample" pada 21 Maret 2024.Berdasarkan hasil analisis DNA, Wirdateti dan tim menyampaikan bahwa sampel rambut tersebut merupakan spesies Panthera tigris sondaica atau Harimau Jawa. Spesies ini adalah kelompok yang sama dengan spesimen harimau jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) pada 1930.Selain rambut, di lokasi penemuan tersebut juga ditemukan bekas cakaran mirip harimau yang semakin menguatkan tim untuk melakukan penelitian.Teti menjelaskan, saat identifikasi awal, ia dan tim melakukan studi perbandingan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi Selatan dengan spesimen harimau jawa koleksi MZB. Ia juga melakukan perbandingan dengan beberapa subspesies sampel harimau lain, yaitu harimau bengal, amur, dan sumatera, serta macan tutul jawa."Hasil perbandingan antara sampel rambut harimau Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 persen dengan harimau sumatera, dan 96,87 persen dengan harimau benggala. Sedangkan spesimen harimau jawa koleksi MZB memiliki 98,23 persen kemiripan dengan harimau sumatera," tuturnya.Kemudian, hasil studi pohon filogenetik juga menunjukkan sampel rambut harimau Sukabumi dan spesimen harimau koleksi MZB berada pada kelompok yang sama, tapi terpisah dari kelompok subspesies harimau lainnya.Untuk memperkuat hasil analisis tersebut, tim peneliti juga melakukan wawancara mendalam dengan Ripi selaku warga yang berpapasan dengan harimau tersebut. Wawancara dilakukan saat survei pada 15-19 Juni 2022 pada lokasi ditemukannya sampel tersebut.Lebih lanjut, Teti mengatakan analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitivitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi. Lalu, penelitian dilanjutkan dengan merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.Menurutnya, DNA total yang dilakukan menggunakan Dneasy Blood & Tissue Kit sesuai protokol. Protokol tersebut telah dimodifikasi dengan menambahkan proteinase, karena tingginya kandungan protein pada rambut."Amplifikasi PCR seluruh sitokrom b mtDNA dilakukan dengan primer khusus untuk harimau. Selanjutnya, seluruh hasil sekuens nukleotida disimpan menggunakan BioEdit dan diserahkan ke GenBank," terang Teti."Urutan komplemen antara primer forward dan reverse diedit menggunakan Chromas Pro. Semua urutan nukleotida dugaan harimau jawa dibandingkan dengan data sekuen Genbank National Center for Biotechnology Informati (NCBI). Penyelarasan DNA dilakukan menggunakan Clustal X dan data dianalisis menggunakan MEGA," lanjutnya.Harimau jawa sebelumnya telah dinyatakan punah sejak tahun 1980-an dan masuk dalam daftar merah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) bersama dengan harimau bali. Harimau jawa terakhir kali terlihat di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur pada 1976.Hasil penelitian Teti dan kawan-kawan menunjukkan tanda-tanda kehidupan harimau jawa. Namun, menurut para peneliti, jawaban terhadap apakah harimau jawa masih ada di alam liar atau tidak perlu studi genetik dan lapangan lebih lanjut.(red.alz)
Social Header