Indonesia dua kali tertinggal di babak pertama lewat gol Phousomboun Panyavong (9') dan Phathana Phommathep (13'). Namun, tuan rumah mampu menyamakan skor masing-masing melalui Kadek Arel (12') dan Muhammad Ferarri (18').
Di babak kedua, Ferarri mencetak brace pada menit ke-72 lewat sundulan dari sepak pojok yang membawa Indonesia unggul 3-2. Namun, Laos kembali menyamakan kedudukan melalui gol kontroversial Peter Phanthavong pada menit ke-77.
Dominasi Tanpa Penyelesaian Efektif
Statistik menunjukkan Indonesia menguasai 66 persen penguasaan bola dan melepas 22 tembakan, namun hanya delapan yang tepat sasaran. Dari delapan tersebut, lima peluang berawal dari situasi bola mati, seperti lemparan ke dalam Pratama Arhan yang menghasilkan dua gol, dan sepak pojok yang dieksekusi Dony Tri Pamungkas.
Sementara itu, peluang dari permainan terbuka terbilang minim. Dari tiga tembakan tepat sasaran, dua di antaranya merupakan percobaan jarak jauh. Ini mengindikasikan kesulitan Indonesia untuk membongkar pertahanan rapat Laos melalui kombinasi permainan terbuka.
Kekuatan Bola Mati: Pedang Bermata Dua
Sepanjang turnamen, empat gol Indonesia semuanya tercipta dari situasi bola mati. Hal ini menunjukkan keunggulan Indonesia dalam memanfaatkan situasi set-piece. Namun, ketergantungan ini menjadi kekhawatiran karena lawan berikutnya, seperti Vietnam, dipastikan akan lebih disiplin dalam mengantisipasi strategi ini.
Ketergantungan pada bola mati juga memperlihatkan kurangnya kreativitas di lini tengah untuk menciptakan peluang dari permainan terbuka. Ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi Shin Tae-yong menjelang laga kontra Vietnam pada Minggu (15/12).
Komentar dan Harapan Jelang Laga Melawan Vietnam
Shin Tae-yong diharapkan dapat menemukan solusi untuk meningkatkan kualitas serangan terbuka, terutama dalam menghadapi tim dengan organisasi pertahanan yang lebih baik. Selain itu, penyelesaian akhir dari peluang terbuka juga perlu ditingkatkan agar Indonesia bisa tampil lebih tajam dan efektif.
Pertandingan melawan Vietnam akan menjadi ujian sejati bagi Garuda. Apakah timnas mampu memperbaiki kelemahan dalam menyerang dari open play, atau tetap bergantung pada bola mati? Semua mata akan tertuju ke Stadion Manahan pada Minggu mendatang.(red.k)
Social Header